![]() |
KH Ali Maksum |
Ananda kedua mempelai yang tersayang. Hari ini
adalah hari yang berbahagia bagi ananda berdua, karena cinta kasih yang murni
telah berpadu di dalam hatimu berdua. Telah diresmikan perpaduan itu di dalam
jalinan perkawinan yang sudah lama anda idam-idamkan.
Perkawinan itu memang suatu acara ibadah Islam yang
amat menggembirakan khususnya bagi mempelai berdua dan umumnya bagi keluarga
serta handai taulan terdekat bagi yang bersangkutan.
Di sini kita mengayubagyo terhadap mempelai,
berharap semoga keluarga baru itu sukses, selalu bersyukur atas
terselenggarakannya pernikahan dan berpikir panjang tentang langkah-langkah
kehidupan baru tersebut. Jadi disinilah berkumpul hal-hal yang menyenangkan dan
hal-hal yang melelahkan otak. Karena itu, seorang yang bijak mengatakan,
“Perkawinan adalah salah satu bentuk lotre”.
Mengingat itu semua, maka akad nikah selalu ditutup
dengan do’a, semoga awal yang berbahagia ini akan berakhir dengan bahagia dan
berjalan dengan penuh bahagia juga. Amien!
Selain berfungsi biologis, nikah juga berfungsi
sosial. Nikah itu benar-benar merupakan awal hidup baru, situasi baru,
pandangan baru, dan orientasi baru. Situasi kehidupannya menjadi terasa lebih
mantap, mapan, tidak canggung, dan jelas arah hidupnya, di samping berbagai
harapan baru bermunculan, juga berdatangan berbagai kesulitan yang
bertubi-tubi, bahkan yang semula tak terlintas sama sekali.
Oleh karena itulah Allah menjamin bahwa dengan
nikah itu akan timbul ketenangan yang hal ini menjadi kunci segala kesulitan.
Tinggal kita sendiri dapat atau tidakkah menggapai hikmah yang besar itu? Dalam
hal ini Allah berfirman dalam Al-Qur’an :
Artinya : “Dan diantara tanda-tanda kebesaran
Allah yaitu Dia menciptakan untuk kalian pasangan dari jenismu sendiri, supaya
kamu tenteram bersamanya, dan dijadikan rasa kasih dan sayang diantara kamu.”
(QS Ar-Rum : 21)
Inilah salah satu hikmah terbesar dalam nikah
tersebut.
Berdasar itu semua, agama menganjurkan agar
pernikahan itu menjadi ibadah hendaknya diniyati mengikuti Sunnah Rasul.
Berarti bukan sekedar dorongan biologis dan nafsu birahi.
Dengan niat suci tersebut dalam realisasinya dapat
dikembangkan menjadi berfungsi syi’ar Islam atau pengembangan sayap kerukunan
secara lebih luas dalam masyarakat. Sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi kita
sendiri, atau berfungsi sebagai pengikat keakraban yang lebih intim,
sebagaimana yang dilakukan oleh Iskandar Dzulqarnain atau Alexander Maqduni.
Setelah berhasil dengan penaklukan besarnya di negeri-negeri Asia, beliau
mengawini puteri Raja Darius.
Pernikahan yang dilakukan atas dasar dorongan
biologis, sesungguhnya kurang bermakna, karena tidak akan pernah membawa
kepuasan dan dengan demikian ketenangan tidak pernah kunjung tiba, yang ada
hanya kurang puas, ingin yang lain, ingin coba ini dan itu.
Di kala Siti Fatimah, puteri Nabi akan dimadu oleh
suaminya Ali bin Abi Thalib, maka dengan serta merta Nabi menyatakan: “Kalau
anakku Fatimah engkau madu, lebih baik ceraikan saja.”
Mungkin sekali Nabi melihat bahwa kehendak Ali ini
terdorong oleh nafsu birahi, ini bukan karena bermadu itu terlarang dalam
Islam, tetapi perlu dilihat lebih dahulu latar belakang apa sebabnya sehingga
perbuatan ini terpaksa dilakukan.
Sebagaimana tadi yang telah saya terangkan tadi
bahwa: “Perkawinan adalah suatu bentuk lotere, jadi kadang-kadang undiannya
beruntung dan kadang-kadang gagal.” Kami yakin, asalkan ananda berdua rukun
saling pengertian, saling menyayangi, dan saling bantu membantu, Insya Allah
akan mendapatkan jalan keluar yang menggembirakan.
Ambil filsafah burung merpati “Anggone rukun
mesra-mesraan” : Nek sing wedhok ngendog, sing lanang gantenan ngangkremi,
ugo nek endhog wis netes metu piyik, gantenan nglolohi. Ojo pisan-pisan nyontoh
filsafah pitik : Nek babone wis ngendog, jagone nggolek yang-yangan maneh.
Luwih-luwih, wal ‘iyadlu billah, ojo niru coro bebek, nek wis ngendog,
lanange-wadone ora tanggung jawab, emoh ngangkremi.
Kedua. Dalam menatap kehidupan, pada umumnya lelaki lebih memerankan
pikiran, sedang wanita lebih memerankan perasaan atau emosi, karena itu seorang
lelaki biasanya mudah mengabaikan hal-hal yang kelihatan kecil dan orang wanita
mudah marah dan iri hati terhadap tetangga, dalam hal ini ananda sebagai suami
harus jangan membikin suasana tegang. Tapi buatlah suasana rumah tangga selalu
cerah dan santai tetapi berwibawa.
Imam Ghozali dalam Kitab Ihya’ Ulumuddin
menyebut salah satu adab pergaulan suami-istri ialah : “Hendaklah suami suka
mengajak kelakar dan bergurau dalam rangka meringankan tanggungan beban moral
rumah tangga, karena gurauan dan rayuan itulah yang mampu menghibur hati
wanita.”
Disebutkan dalam sebuah hadits Nabi yang artinya :
“Adalah Rasulullah itu orang yang banyak bercanda dan bergurau dengan
permaisurinya”. HR. Abu Dawud, Nasa’i, dan Ibnu Majah.
Dalam kenyataannya, Nabi pernah balapan
dengan Siti Aisyah permaisurinya tersayang, terkadang Nabi menang dan terkadang
Aisyah yang menang.
Demikian inilah cara bergaul dengan istri, meskipun
ananda tidak harus balapan lari, tapi bisa saja balapan apa-apa di dalam kamar.
Ketiga : Ananda sebagai istri harus membawa penampilan yang menarik hati
kakanda. Misalnya baru pulang kerja, badan penat, dan mungkin di jalan tadi
sempat melirik jin-jin wanita yang berlagak. Maka ananda harus menyam-butnya
dengan penuh menyenangkan dan roman muka yang berseri, juga tutur kata yang
mesra dan penampilan yang mempesona. Bagi lelaki dalam situasi lelah,
sesungguhnya lebih memerlukan santapan rohani daripada santapan jasmani.
Demikianlah petuah, yang senada dengan hadits Nabi
yang artinya: “Sebaik-baik istri kalian ialah yang jika dipandang suaminya
menyenangkan, jika diperintah mematuhi dan jika suami tidak berada di rumah,
maka ia memelihara kehormatan dirinya dan harta suaminya.”
Keempat : Untuk lebih memesrakan pergaulan, maka bermanja-manja itu
diperkenankan dalam Islam, asal saja secara terbatas dan hanya hubungan suami
istri. Nabi bersabda, yang artinya : “Pilihlah yang masih gadis, engkau
dapat mempermainkannya dan dia juga dapat mempermainkanmu” (HR.
Bukhori-Muslim).
Wah…!! hadits ini hadits mana tahaaan!! Ternyata
hadits ini dikatakan oleh Imam Ghazali dalam kaitannya dengan kebolehan
bermanja-manja tersebut. Kalau kita cermati lebih jauh, maka diketahui bahwa
sikap manja itu diperbolehkan sampai dalam batas saling mempermainkan.
Lebih jauh Sayyidina Umar R.A. yang keras itu
menyatakan yang artinya : “Suami itu jika di rumah (pergaulannya dengan
istri) seyogyanya bersikap seperti anak kecil, dan jika diperlukan orang lain
baru menunjukkan kebolehannya sebagai lelaki dewasa”
Kelima : Sikap cemburu itu dianjurkan oleh Islam, sebagaimana yang
dinyatakan dalam hadits yang artinya : “Sesungguhnya aku ini pencemburu, dan
barang siapa yang tidak mempunyai rasa cemburu, maka orang itu senewen!” .
Tapi cemburu yang berlebih-lebihan adalah dilarang
oleh agama, sebab berarti buruk sangka dan tidak percaya kepada suami atau
istri. Oleh karena itu Nabi bersabda dalam hadits lain, yang artinya : “Sesungguhnya diantara bentuk cemburu ada
yang dibenci oleh Allah, yaitu cemburunya istri atau suami dalam hal-hal yang
tidak perlu dikhawatirkan” HR. Abu Dawud dan Ibnu Hibban.
Keenam : Akhirnya kedua-duanya supaya saling cinta-mencintai, Karenanya
……… (nama suami) harus menganggap tidak ada wanita yang cantik dan molek
mempesona melainkan hanya ……… (nama isteri) seorang. Dan …… (nama isteri)
menganggap tidak ada pria yang tampan sedap dipandang mata melainkan hanya ………
(nama suami) jua. Kedua-duanya sudah
menutup pemilihan jodohnya. ………(nama
isteri) adalah pendamping yang tercinta,
dan …… (nama suami) adalah suami yang bijaksana tempat penggantungan jiwa.
Tanpa …… (nama isteri) hidup tiada berarti, dan tanpa …… (nama suami) hayat
bagaikan mati, nasi terasa segam, air terasa duri.
Hadirin sekalian! Sesungguhnya masih banyak yang
akan kami sampaikan di sini, tetapi saya kira pengantinnya setelah mendengar
wejangan-wejangan saya yang “mana tahan” ini, koq sudah
senggol-senggolan. Maka terpaksa kami cukupkan sekian saja dan selanjutnya anda
berdua supaya berdiskusi sendiri tentang apa yang harus dilakukan di malam
hari, terutama do’a apa yang harus dibacakan kalau mau tidur, atau kalau mau
apa-apa!!
Demikianlah apa yang bisa kami sampaikan kali ini,
semoga bermanfaat bagi pengantinnya dan untuk kita semua “Para bekas-bekas
pengantin agar dapat bernostalgia kembali”
Sekian, kurang lebihnya minta maaf.
Ya Allah, berkahi kedua mempelai ini, himpun mereka
berdua dalam kebaikan dunia akhirat. Jadikan kehidupan mereka berdua kehidupan
yang baik dan bahagia, kehidupan penuh kasih dan sayang, kehidupan mawaddah dan
rahmah, kehidupan yang tenang dan sejahtera, kehidupan yang penuh nikmat dan
lapang. Ya Allah, jadikan mereka berdua termasuk dalam hamba-hambaMu yang mukmin,
sholeh, muttaqi, yang berdaya guna bagi Islam dan muslimin. Semoga Allah
mencurahkan kasih rahmatNya untuk sayyidina Muhammad, seluruh keluarga dan
sahabat-sahabatnya.
______________________________
*)
Diambil dari buku berjudl “SINGKAT
PADAT :
Biografi, Jawami’ul Kalim,
Asmaul Husna, Syi’iran dan Wejangan Manten KH ALI MAKSHUM”, oleh Achmad
Suchaimi. Surabaya : Athena Sejahtera; cet.1 - 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar