![]() |
Oleh KH Ali Maksum |
هل في القبر نعيم و عذاب؟
أنكر عذاب القبر و نعيمه اناس ينتسبون الى
الإسلام و قد برهنوا بإنكارهم هذا على جهل فاحش بدينهم. فإن الكتاب و السنة ناطقان
بما يكون فى القبر من نعيم و عذاب لا يجرؤ على انكاره مسلم. و إليك البيان :
قال ربنا عز و جل في كـتابه : النار يعرضون عليها
غدوا و عشيا, و يوم تقوم الساعة أدخلوا آل
فرعون اشد العذاب.
أفهمتنا
هذه الأية أن فرعون و قومه يعرضون عليها غدوا و عشيا. و هذا العرض لا يخلو إما ان
يكون فى الدنيا او فى القبر او فى الأخرة. أما فى الدنيا فلم يكن ذلك قطعا. و أما
فى الأخرة فالأية تقول بصراحة تبـين حالهم
هناك: "و يوم تقوم الساعة أدخلوا آل
فرعون اشد العذاب" , إذن هذا العرض
ليس فى الأخرة. و إذا انتفى ان يكون فى الدنيا و الأخرة تـعين ان يكون فى القبر .
و هذا دليل الكتاب على ما نقول.
و أما السنة الصحيحة فورد منها شيئ كـثير يدل على
ذلك المعنى. فقد روى الشيخان, البخاري و مسلم و النسائي, أن رسول الله صلى الله
عليه و سلم خرج بعد ما غربت الشمس, فسمع صوتا, فقال : يهود تعذب في قبرها.
و روي النسائي و مسلم, انه صلى الله عليه و سلم
قال : لو لا ان تدافنوا لدعوت الله ان يسمعكم عذاب القبر.
و روى الشيخان و الترمذي و النسائي و ابو داود,
أنه صلى الله عليه و سلم مر على قبرين. فقال : إنهما لايعذبان في كـبير (أي في نظر
الناس). اما احدهما فكان يمشي بالنميمة. و اما الأخر فكان لا يستـتر من بوله. ثم
دعا بعسيب رطب, فشقّه اثنـين, فغرس على هذا واحدا و على هذا واحدا, ثم قال : لعله
يخفـف عنهما ما لم يـيبسا.
و روى الترمذي عن هانئ مولى سيدنا عثمان رضي الله
عنه كان اذا وقف على قبر بكى حتى بلّ لحيته. قيل له : أتذكر الجنة و النار, و لا
تبكي و تذكر القبر فتبكي؟. فقال : إني سمعت رسول الله صلى الله عليه و سلم يقول :
القبر اول منزل من منازل الأخرة. فإن نجا منه, فما بعده ايسر منه. و إن لم ينج
منه, فما بعده اشدّ منه. و سمعته يقول : ما رأيت منظرا قطّ الا و القبر افظع منه.
و روى البخاري و مسلم و ابو داود و النسائي, انه
صلى الله عليه و سلم قال: ان العبد اذا وضع في قبره و تولى عنه اصحابه, انه ليسمع
خفق قرع نعالهم. اذا انصرفوا عنه أتاه ملكان فيقعدانه, فيقولان له : ما كـنت تقول
في هذا الرجل محمد؟. فأما المؤمن فيقول : أشهد ان ه عبد الله و رسوله. فيقال :
انظر الى مقعدك من النار, ابدلك الله به مقعدا في الجنة. فيراهما جميعا. و اما
الكافر و المنافق فسيقول : لا أدري كـنت
اقول ما يقول الناس فيه. فيقال : لادريت و لا تليت. ثم يضرب بمطرقة من حديد ضربة
بـين اذنيه, فيصيح صيحة يسمعها من يليه الا الثـقلين.
و هذا
الحديث يثـبت شيئا أخر غير مقصود الترجمة, و هو سؤال القبر.
و ورد في احاديث اخرى السؤال عن ربنا عز و جل و
ديننا زيادة عن السؤال عن نبـينا. و هذا السؤال هو فتـنة القبر الذي فيه يقول الله
تعالى
:
يثـبّت الله الذين أمنوا بالقول الثابت فى الحياة
الدنيا و فى الأخرة و يضلّ الله الظالمين و يفعل الله ما يشاء.(سورة
إبراهيم : 27 )
و في هذا القدر كـفاية, و فوق الكـفاية للمسلم
الذي يريد الوصول الى الحق من طريقه. و الله الموفق.
TERJEMAH
Sekelompok orang dengan mengaku beragama Islam
mengingkari adanya siksa dan nikmat kubur, dengan berbagai argumentasi yang
mendukung keingkaran mereka. Dengan argumentasi tersebut justru menunjukkan
kebodohan mereka terhadap agama Islam itu sendiri. Karena Al-Qur`an dan Hadis
sebenarnya telah menyinggung adanya nikmat dan siksa kubur. Tiada seorang
muslim pun yang berani mengingkari hal ini.
Allah swt berfirman :
اَلنَّارُ يُعْرَضُوْنَ عَلَيْهَا غُدُوًّا وَ عَشِيًّا, وَ يَوْمَ
تَقُوْمُ ُ السَّاعَةُ اَدْخِلُوْا آلَ فِرْعَوْنَ أَشَدَّ الْعَذَابِ (سورة المؤمنون : 46 )
Artinya: “Kepada mereka dinampakkan neraka pada
pagi dan petang, dan pada hari terjadinya Kiamat. (Dikatakan kepada malaikat):
"Masukkanlah Fir`aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras".
(QS al-Mukmin, [40] : 46)
Ayat di atas memberitahukan kita bahwa Allah
memperlihatkan neraka kepada Fir’aun dan kaumnya setiap pagi dan sore.
Peristiwa ini bisa jadi terjadi di dunia, di alam kubur, atau mungkin di
akhirat. Di dunia, hal ini pasti tidak mungkin tejadi. Jika terjadi di akhirat,
ayat ini telah menjelaskan secara tegas tentang keadaan mereka di sana : “… dan
pada hari terjadinya Kiamat. (Dikatakan kepada malaikat): "Masukkanlah
Fir`aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras" (QS Al-Mukminun : 46). Dengan
demikian, peristiwanya tidak terjadi di akhirat. Jika tidak mungkin terjadi di
dunia dan di akhirat, maka jelaslah, bahwa peristiwanya terjadi di alam kubur.
Itulah nash Al-Qur`an tentang adanya nikmat dan siksa kubur.
Selain nash Al-Qur’an diatas, tidak sedikit hadis
Nabi yang menjelaskan adanya nikmat dan siksa kubur. Imam Bukhari, Muslim dan
an-Nasai meriwayatkan, bahwa Rasulullah saw pernah keluar rumah (melewati
makam) setelah matahari tenggelam, lantas mendengar suara (jeritan), lalu
bersabda:
يَهُوْدُ تُعَذَّبُ فِيْ قَبْرِهَا
Artinya : “Orang Yahudi sedang disiksa didalam kuburnya”.
Imam An-Nasai dan Muslim meriwayatkan, bahwa
Rasulullah saw pernah bersabda:
لَوْ لَا اَنْ تَدَافَنُوْا لَدَعَوْتُ اللَّهَ اَنْ يُسْمِعَكُمْ
عَذَابَ الْقَبْرِ.
Artinya: “Sekiranya kalian tidak menguburkan
(jenazah), tentu aku memohon kepada Allah agar kalian diperdengarkan
adanya siksa kubur”.
Asy-Syaikhani (Bukhari dan Muslim), at-Tirmidzi,
an-Nasaiy dan Abu Dawud meriwayatkan, bahwa Rasulullah saw pernah melewati dua
makam, lantas bersabda :
إِنَّهُمَا لَيُعَذَّبَانِ فِي كَبِيْرٍ (أي في نظر
الناس). أَمَّا أَحَدُهُمَا
فَكَانَ يَمْشِي بِالنَّمِيْمَةِ. وَأَمَّا اْلآخَرُ فَكَانَ لَا يَسْتَتِرُ مِنْ
بَوْلِهِ.
Artinya: “Sungguh penghuni dua makam ini
benar-benar sedang disiksa. Keduanya disiksa bukan karena melakukan dosa besar
(dalam pandangan manusia). Seorang diantara keduanya (sewaktu di dunia) suka
mengadu domba (memfitnah). Sedangkan yang lain, ia tidak menutupi (memasang
pelindung) dari percikan kencingnya”.
Beliau saw kemudian meminta kepada sahabatnya agar
mengambilkan satu pelepah pohon yang masih basah, lalu membelahnya menjadi dua
bagian. Satu bagian ditancapkan di atas satu makam, dan satu bagian lagi
ditancapkan di atas makam lainnya. Beliau lalu bersabda :
لَعَلَّهُ يُخَفَّفُ عَنْهُمَا مَا لَمْ يـَيْبَسَا
Artinya: “Semoga (pelepah pohon ini) dapat
meringankan siksa kedua orang ini, selama kedua bagian pelepah ini belum kering”.[1]
At-Tirmidzi meriwayatkan dari Hanik, seorang budak
yang dimerdekan oleh Usman bin Affan ra. Adalah Usman bin Affan ra, jika
berdiri di atas suatu makam, beliau menangis sampai air matanya membasahi
jenggotnya. Beliau ditanya seseorang : “Kenapa, sewaktu mengingat surga dan
neraka engkau tidak menangis, sedangkan mengingat kubur saja engkau lalu
menangis?”. Jawab beliau : “Aku pernah mendengar Rasulullah bersabda
:
اَلْقَبْرُ اَوَّلُ مَنْزِلٍ مِنْ مَنَازِلِ الْأَخِرَةِ. فَإِنْ
نَجَا مِنْهُ, فَمَا بَعْدَهُ اَيْسَرُ مِنْهُ. وَ إِنْ لَمْ يَنْجُ مِنْهُ, فَمَا
بَعْدَهُ أَشَدُّ مِنْهُ
Artinya: “Alam kubur adalah satu dari sekian
tempat di akhirat. Jika seseorang selamat dari (siksa) kubur, maka seterusnya
ia akan selamat dan mengalami kemudahan. Namun jika tidak selamat dari (siksa)
kubur, maka perjalanan selanjutnya (di akhirat) akan semakin pedih dan berat
daripada sewaktu berada di alam kubur”.
Aku juga pernah mendengar beliau saw bersabda :
مَا رَأَيْتُ مَنْظَرًا قَطُّ اِلَّا وَ الْقَبْرُ اَفْظَعُ مِنْهُ.
Artinya: “Aku sama sekali belum pernah melihat
tempat pemandangan, selain bahwa kuburan lebih berat darinya”.
Imam Bukhari, Muslim, Abu Dawud dan an-Nasaiy
meriwayatkan hadis, bahwa Rasulullah saw pernah bersabda :
إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا وُضِعَ فِي قَبْرِهِ وَ تَوَلَّى عَنْهُ
أَصْحَابُهُ, اَنَّهُ لَيَسْمَعُ حَفْقَ قَرْعِ نِعَالِهِمْ. اِذَا انْصَرَفُوْا عَنْهُ
أَتَاهُ مَلَكَانِ فَيُقْعِدَانِهِ, فَيَقُوْلَانِ لَهُ : مَا كُـنْتَ تَقُوْلُ فِي
هَذَا الرَّجُلِ مُحَمَّدٍ؟. فَأَمَّا الْمُؤْمِنُ فَيَقُوْلُ : أَشْهَدُ اَنَّهُ
عَبْدُ اللَّهِ وَ رَسُوْلُهُ. فَيُقَالُ : اُنْظُرْ اِلَى مَقْعَدِكَ مِنَ النَّارِ,
أَبْدَلَكَ اللَّهُ بِهِ مَقْعَدًا فِي الْجَنَّةِ. فَيَرَاهُمَا جَمِيْعًا. وَ اَمَّا
الْكَافِرُ وَ الْمُنَافِقُ فَيَقُوْلُ :
لَا أَدْرِي كُنْتُ أَقُوْلُ مُا يَقُوْلُ النَّاسُ فِيْهِ. فَيُقَالُ : لَادَرَيْتَ
وَ لَا تَلَيْتَ. ثُمَّ يُضْرَبُ بِمِطْرَقَةٍ مِنْ حَدِيْدٍ ضَرْبَةً بَيْنَ أُذُنَيْهِ,
فَيَصِيْحُ صَيْحَةً يَسْمَعُهَا مَنْ يَلِيْهِ اِلَّا الثَّـقَلَيْنِ.
Artinya “Sesungguhnya seorang hamba jika sudah
diletakkan didalam kuburannya dan ditinggal pergi oleh teman-teman yang
mengantarkannya, ia benar-benar mendengar suara gemerisik sandal mereka. Jika
mereka sudah pergi meninggalkan kuburannya, dia didatangi oleh dua orang
malaikat. Dia lantas didudukkan oleh kedua malaikat tersebut seraya berkata :
“Apa pendapatmu tentang seorang lelaki yang bernama Muhammad?”. Jika ia seorang
yang beriman, ia akan menjawab : “Aku bersaksi bahwa dia adalah hamba dan
utusan Allah”. Lantas dikatakan kepadanya, “Lihatlah calon tempat dudukmu dari
neraka. Semoga Allah mengganti tempat dudukmu ini dengan tempat duduk di
surga”. Orang itu lalu melihat kedua tempat duduk di surga dan neraka
seluruhnya. Jika ia seorang yang kafir dan munafiq, dia akan menjawab : “Aku
tidak tahu, bagaimana aku mengatakan apa yang dikatakan orang-orang
tentangnya”. Lantas dikatakan kepadanya : “Jadi, kamu tidak tahu dan tidak
membaca (penjelasan Al-Qur`an dan Hadis)”. Lantas dipukullah diantara kedua
telinganya dengan palu besi sekali pukulan dan menjerit dengan suatu jeritan
yang mampu didengar oleh makhluk di sekitarnya, selain jin dan manusia.
Hadis di atas selain menjelaskan adanya siksa kubur,
juga menjelaskan adanya pertanyaan kubur.
Pertanyaan kubur juga disebutkan dalam beberapa hadis
lain, seperti pertanyaan tentang siapa Tuhan kita dan apa agama kita,
sebagai tambahan dari pertanyaan tentang siapa Nabi kita.
Pertanyaan-pertanyaan itulah yang disebut fitnah kubur, sebagaimana yang
disinggung Allah dalam firman-Nya :
يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا
بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِى الْحَيَـوةِ الدُّنْيَا وَ فِى الْآخِرَةِ وَ يُضِلُّ
اللَّهُ الظَّالِمِيْنَ وَ يَفْعَلُ
اللَّهُ مَا يَشَاءُ. ( سورة إبراهيم : 27 )
Artinya:
“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh
itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang
yang zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki.” (QS Ibrahim,[14] : 27)
Ayat tersebut cukup sebagai bukti adanya siksa kubur,
bahkan lebih dari cukup bagi seorang muslim yang ingin sampai (mengetahui)
kepada persoalan yang haq (sebenarnya) dari jalannya.
[1] Hadis ini dijadikan dalil sampainya
bacaan al-Quran kepada orang yang meninggal. Al-Hafidz Ibnu Hajar berkata:
"Jika siksa kubur bisa diringankan dengan benda mati (pelepah pohon), maka
dengan bacaan al-Quran yang merupakan dzikir paling mulia dan dibaca oleh orang
soleh, adalah lebih utama untuk mendapatkan berkah dari bacaan tersebut" (al-Imta'
I/85. Begitu juga al-Hafidz Jalaluddin as-Suyuthi yang mengutip pernyataan al-Qurthubi
dalam Syarh as-Sudur I/305)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar